Dari masa ke masa, mutu dan spesifikasi barang selalu terkorbankan mengimbangi merosotnya dayabeli konsumen akibat keterpurukan ekonomi yang berkelanjutan. Konsumen sering tidak menyadari dibodohi produsen dengan ‘pengurangan mutu dan spesifikasi’ dalam upaya menghilangkan persepsi ‘barang mahal’.

Besi: meter vs kg

Misalnya besi, harga besi sebenarnya dikaitkan dengan berat (kg), saat ini (akhir 2008) Rp12.000 per kg. Tetapi masyarakat dipaksa pasar (baca produsen) membeli besi dalam satuan panjang (meter), dimana pemerintah tidak menjalankan peran regulasinya menjaga konversi berat ke panjang ini, suatu hal yang dikenal sebagai Standar Nasional Indonesia. Konsumen yang awam dipaksa membeli, misalnya besi 10mm per batang @12m, yang ternyata diameternya 8-9mm. Dari segi panjang konsumen bisa mengukur, tetapi dari segi berat konsumen tidak menyadari merosot lebih dari 30%. Dinegara dengan regulasi yang baik, toleransi yang diijinkan kurang dari 0,1mm, lebih dari itu adalah tindak penipuan.

Ukuran Batubata mengecil

Batubata dari masa kemasa juga mengalami kemerosotan ukuran. Dekade 80-an, batubata yang lazim beredar di Jawa berukuran 20x10x5 cm bahkan lebih, saat ini yang lazim beredar di Jakarta 17-18 x 7-7,5 x 4-4,2 cm. Suatu hal yang ‘biasa’ dilakukan produsen berbagai sektor termasuk batubata untuk menekan biaya produksi dan harga jual. Banyak konsumen tidak menyadari, volume melorot hampir 50%, yang secara logika harga harus separuhnya.

Back to the old good time

Berangkat dari prinsip ekonomis, kami mempropose ukuran lama 21x9x4,5cm (vol=850) dengan kode Batubata Jumbo seharga Rp420, bandingkan dengan Unyil 17×7,5×4,2 cm (vol=535) seharga Rp325.

Sedangkan unggulan kami adalah Jumbo Super 22x10x5 cm (vol=1100) seharga Rp450.

Bata Jumbo Super 22x10x5